‘Adu Mekanik’ Chaidir Syam dan Husniah Talenrang di PAN Sulsel, Siapa yang Lebih Pantas?

Karikatur perebutan kursi ketua PAN Sulsel (Ist)
menitindonesia, MAKASSAR – Telah lebih dari sepekan pasca Musyawarah Wilayah (Muswil) Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Selatan, kursi ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) hingga kini masing lowong. Terbaru, Eks Ketua DPW PAN Sulsel, Ashabul Kahfi mundur dari formatur Sulsel karena terpilih sebagai ketua DPW PAN Sulawesi Utara.
Tersisa tiga nama yang ada dijajaran formatur Sulsel yang ditunjuk oleh DPP, mereka adalah Viva Yoga Mauladi, Chaidir Syam dan Husniah Talenrang. Pilihan ketua tersisa ke dua nama. Chaidir Syam, Bupati Maros ataukah Husniah Talenrang, Bupati Gowa yang sama-sama menjabat ketua DPD PAN di daerah mereka masing-masing.
Sejak beberapa bulan terakhir ini, baik Chaidir maupun Husniah sudah ‘adu mekanik‘ di media sosial dan media massa. Bahkan, mereka sesumbar ingin membawa partai berlogo matahari itu menjadi pemenang di Sulsel pada Pemilu mendatang. Hanya saja, janji itu bukan sekadarnya. Rekam jejak dan loyalitas harusnya menjadi pertimbangan utama.
Adu mekanik adalah istilah yang sering digunakan dalam konteks gim, terutama dalam gim kompetitif seperti Mobile Legends, Valorant, PUBG, atau League of Legends, yang merujuk pada pertarungan atau duel yang sepenuhnya mengandalkan kemampuan teknis individu atau tim dalam mengontrol karakter atau senjata.

BACA JUGA:
Muswil PAN Sulsel Berkahir Tanpa Penunjukan Ketua

Lalu bagaimana rekam jejak dan loyalitas serta prestasi mereka? Berikut catatanya:
Andi Syafril Chaidir Syam (48 Tahun)
Chaidir bergabung ke PAN pada usia 22 tahun, tepat setelah reformasi 1999. Meskipun gagal dalam dua kali pencalonan legislatif pada 1999 dan 2004, ia tetap aktif dalam kegiatan partai. Kesetiaannya berbuah pada 2008 ketika ia masuk DPRD Maros melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW).
Pada Pemilu 2010, di DPRD Maros ia lalu terpilih menjadi Wakil Ketua menggantikan posisi Hatta Rahman yang maju di Pilkada Maros. Kemudian pada Pemilu 2014, ia kembali terpilih dan menduduki jabatan sebagai Ketua DPRD Maros hingga tahun 2019, dengan perolehan suara kala itu mencapai 6.322 dan tercatat sebagai peroleh suara tertinggi dari seluruh Caleg.
Meski PAN Maros berhasil meraih suara tertinggi pada Pemilu 2019, PAN hanya mampu mendapatkan 6 kursi di DPRD dan gagal mempertahankan posisi Ketua DPRD yang diambil alih oleh Partai Golkar. Chaidir Syam yang masih menjadi Caleg dengan perolehan tertinggi, harus puas dengan jabatan sebagai Wakil Ketua DPRD Maros.
Pada 2020, Chaidir mengundurkan diri dari DPRD untuk maju dalam Pilkada Maros dan terpilih sebagai Bupati Maros. Ia kemudian memenangkan kembali jabatan tersebut dalam Pilkada 2024, bahkan melawan kotak kosong, menunjukkan tingkat kepercayaan publik yang tinggi.
Sebagai Ketua DPD PAN Maros sejak 2021, Chaidir berhasil mengembalikan kejayaan partai di daerah tersebut. Pada Pemilu 2024, PAN Maros meraih 12 kursi DPRD, naik dua kali lipat dari 6 kursi pada 2019, dan merebut kembali posisi Ketua DPRD yang sebelumnya dipegang oleh Golkar. Keberhasilan ini menjadikan PAN sebagai partai dominan di Maros.
Selain itu, Chaidir juga aktif di organisasi sayap partai, menjabat sebagai Ketua Barisan Muda PAN (BM PAN) Sulawesi Selatan selama dua periode (2017–2022 dan 2023–2028), menunjukkan komitmennya dalam membina kader muda partai.

BACA JUGA:
Ulang Tahun ke 48, Berikut Perjalanan Panjang Karir Bupati Maros Chaidir Syam

Sitti Husniah Talenrang (48 Tahun)
Husniah memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD Kabupaten Gowa periode 2019–2024. Selama masa jabatannya, ia menjabat sebagai Ketua Komisi IV, yang membidangi urusan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Kepemimpinannya di lembaga legislatif ini menunjukkan komitmennya terhadap pelayanan publik dan pembangunan daerah.
Sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN Kabupaten Gowa yang terpilih di tahun 2023, Husniah memainkan peran sentral dalam memperkuat struktur partai di tingkat lokal. Ia berhasil menaikkan perolehan kursi PAN di DPRD Gowa dari empat menjadi enam kursi Pemilu 2024.
Puncak prestasi politik Husniah tercapai saat ia mencalonkan diri sebagai Bupati Gowa dalam Pilkada 2024. Bersama pasangannya, Darmawangsyah Muin, pasangan ini yang dikenal dengan slogan “Hati Damai” berhasil meraih kemenangan dengan memperoleh 225.492 suara atau 53,62 persen. Kemenangan ini menjadikan Husniah sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai Bupati di Kabupaten Gowa, sebuah pencapaian bersejarah dalam politik lokal.
Dalam bidang organisasi, Husniah aktif di Gerakan Pramuka sebagai anggota Majelis Pembimbing Cabang (Mabicab) Gowa dan telah menerima penghargaan Lencana Bina Bakti dari Kwartir Nasional pada 2023.

BACA JUGA:
Ucapan Selamat Ke Husniah Talenrang Sebagai Ketua PAN Sulsel Beredar, Chaidir Syam: Semua Masih Formatur!

Bagaimana Kata Pengamat?
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Lukman Irwan mengatakan, DPP PAN yang akan memilih sosok ketua PAN Sulsel, setidaknya mempertimbangkan tiga hal, mulai dari Loyalitas kader, rekam jejak pengabdian dan kemanfaatan elektoral.
“Menurut saya, DPP PAN harus mempertimbangkan tiga hal: loyalitas kader, rekam jejak pengabdian, dan kemanfaatan elektoral demi memperkuat PAN sebagai kekuatan politik yang solid dan kompetitif di Sulawesi Selatan,” kata Pengamat Politik Universitas Hasanuddin, Lukman Irwan, Senin (12/05/2025).
Melalui analisisnya dalam perspektif teori rational choice, partai politik sebagai institusi rasional akan cenderung mengambil keputusan yang memaksimalkan kepentingan elektoral dan kekuasaan jangka panjang.
“Dalam konteks pemilihan ketua DPW PAN Sulsel tidak hanya menyangkut preferensi personal, tetapi DPP PAN juga harus melakukan kalkulasi yang kompleks terkait dengan elektabilitas, loyalitas, basis kekuasaan lokal, serta rekam jejak dalam pengabdian kepartaian dari kedua figur tersebut,” lanjutnya.
Walaupun dalam realitas dipahami proses politik di internal partai kerap kali ditentukan oleh elite bargaining atau negosiasi antar elit. Di mana keputusan partai tidak selalu mencerminkan mekanisme demokrasi internal yang transparan, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh kompromi dan distribusi kekuasaan di antara elit-elit sentral dan daerah.