Foto: Warga di Kelurahan Pallantikang, Lingkungan Data antri mendapatkan air bersih dari bantuan Baznas Maros.
menitindonesia, MAKASSAR – Bulan September adalah puncak musim kemarau di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Namun, tanda-tanda hujan turun belum tampak. Kekeringan di berbagai wilayah terjadi. Sungai Lekopancing Maros dan Sungai Tello yang menyupali air untuk kebutuhan air minum Makassar, mulai mengering.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar, Muhammad Sultan Djakaria, mengatakan puncak musim kemarau ini diperkirakan pada pada Juli hingga bulan September.
Karena belum ada tanda-tanda akan turun hujan, Sultan menyebut, musim kemaru ini lanjut lagi hingga 1,5 bulan ke depan. Untuk Makassar, kata dia, akan memasuki masa transisi cuaca sekitar bulan Oktober mendatang.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah IV Makassar, Hanafi Hasan, membenarkan jika musim kemarau akan lebih panjang. “Kita perkirakan di akhir oktober atau di awal november sudah mulai ada hujan yang turun,” kata Hanafi kepada wartawan, dikutip Selasa (12/9/2023).
Bahaya Angin Barubu
Meskipun belum ada tanda-tanda hujarn turun, lanjut Hanafi, BMKG memprediksi akan terjadi angin kencang di Makassar pada waktu menjelang sore hingga malam. Menurut dia, angin kencang ini berpotensi terjadi hingga bulan Oktober nanti. “Angin kencang ini memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Jika melebihi 1,5 knot, disebut angin barubu,” katanya.
Angin Barubu ini bertiup dari Monsum Timur Australia setiap musim kemarau. Untuk wilayah Makassar, ungkap Hanafi, angin barubu ini bertiup dari puncuk Gunung Bawakaraeng sebelah trimur. Lalu angin ini berhembus menuruni lereng sebelah barat menuju ke wilayah Sulsel bagian barat.
Hanafi mengingatkan, selama musim kemarau, berpotensi terjadi angin kencang di Makassar. “Angin kencang ini terjadi pada masa transisi musim kemarau ke musim hujan,” ujar dia. (asrul nurdin)