NATO Akan Perluas Pengaruhnya ke Asia, Rusia Galau: Ini Ancaman Yang Nyata

Foto: Aliansi Militer pimpinan AS yang tergabung dalam NATO.
menitindonesia, JAKARTA – Pertikaian antara NATO dan Rusia yang memicu perang di Ukraina, membuat aliansi militer negara-negara barat itu akan melakukan ekspansi ke Asia.
NATO akan memperluas pengaruhnya di Asia untuk mendapatkan keunggulan dalam menghadapi beberapa kekuatan regional yang cenderung tidak setuju dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS). Diketahui, Rusia, China dan Korea Utara adalah saingan AS yang ada di Asia.
Petinggi Partai Komunis Rusia, Jenderal Victor Sobolev mengatakan blok militer pimpinan AS itu dapat mencakup Jepang dan Korea Selatan dalam jangka menengah. Menurut Sobolev, Jepan dan Korsel akan diseret memainkan kepentingan Washington yang lebih besar di kawasan Asia.
BACA JUGA:
Puber Politik dan Demokrasi Kita
“Ini bisa terjadi dalam lima tahun ke depan. Kepemimpinan politik dan militer kita harus menanggapi hal ini dengan serius, ini adalah ancaman yang nyata dan sangat nyata,” kata Victor Sobolev di saluran Telegram Rusia Taynaya Kantselyaria dari Rusian Today, dikutip Kamis (28/9/2023).
BACA JUGA:
Dirjen Otda: Pj Kepala Daerah Wajib Netral
Penyataan Sobolev itu muncul setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, mengingatkan bahwa NATO berupaya menempatkan pasukan dan infrastruktur militernya di Asia-Pasific sebagai upaya menghalangi kekuatan regional.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin, memprediksi NATO akan bergabung dengan AUKUS, sebuah pakta keamanan regional yang pertama kali diumumkan oleh Australia, Inggris dan AS pada 2021.
Menurut dia, sebagai bagian dari proyek ini, Australia akan membeli kapal selam bertenaga nuklir pertamanya yang dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2030-an. “AS berupaya memformat ulang sistim interaksi antar negara yang telah berkembang di kawasan Asia-Pasific,” ujar Putin.
Dari laporan Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi, diketahui jika NATO berniat membuka kantor di Jepang. “Serangan Rusia ke Ukraina tahun lalu berdampak jauh melampaui perbatasan Eropa sehingga memaksa Jepang memikirkan kembali keamanan Regional,” ujar Yoshimasa. (AE)