menitindonesia – EKONOMI Indonesia menunjukkan ketahanan yang impresif meskipun situasi global masih diliputi ketidakpastian. Pada triwulan III-2024, Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan tahunan sebesar 4,95%, dengan inflasi yang terjaga pada angka 1,71%—dalam target yang ditetapkan pemerintah. Dengan konsumsi rumah tangga yang terus tumbuh solid dan sektor-sektor utama seperti transportasi dan makanan serta minuman yang menunjukkan kinerja positif, perekonomian Indonesia tampak siap menghadapi tahun 2025.
Namun, meski angka pertumbuhan ini mengesankan, ada beberapa isu struktural yang perlu perhatian lebih. Meskipun sektor-sektor seperti perdagangan besar, eceran, dan makanan mengalami pertumbuhan yang pesat, sektor manufaktur—yang telah lama menjadi pilar utama perekonomian Indonesia—masih menunjukkan tren perlambatan. Pada triwulan II-2024, sektor ini tumbuh hanya sebesar 3,95%, jauh di bawah rata-rata nasional. Bahkan, dengan kapasitas produksi yang hanya terpakai sekitar 71%, gejala deindustrialisasi prematur mulai tampak jelas.
Stagnasi Struktural: Mencari Sumber Pertumbuhan Baru
Ekonom dari LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengingatkan bahwa tanpa adanya transformasi struktural yang memadai, Indonesia berisiko mengandalkan faktor musiman yang sementara—seperti Pemilu, Ramadan, dan libur sekolah—untuk menjaga angka pertumbuhannya di kisaran 5%. Riefky menilai, sektor-sektor yang sedang tumbuh didorong oleh faktor musiman, bukan faktor fundamental yang dapat bertahan dalam jangka panjang.
Tantangan ini semakin berat dengan gejolak global yang tak terduga, seperti ketegangan geopolitik, fluktuasi suku bunga, dan disrupsi rantai pasokan yang dapat mempengaruhi sektor ekspor. Riefky pun menegaskan pentingnya reformasi struktural, khususnya di sektor manufaktur dan pengolahan, yang menjadi fondasi utama ekonomi Indonesia. Tanpa itu, Indonesia mungkin akan menghadapi stagnasi dalam pertumbuhan jangka menengah.
Proyeksi 2025: Harapan Tumbuh Stabil, Tantangan Terus Muncul
Proyeksi untuk tahun 2025 mengindikasikan angka pertumbuhan yang relatif stabil, dengan sebagian besar lembaga internasional memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 5,1%. Bank Dunia, IMF, OECD, hingga ADB memperkirakan bahwa Indonesia akan mampu bertahan dengan pertumbuhan yang solid, didorong oleh konsumsi domestik dan investasi. Namun, perhatian utama mereka tetap pada kontribusi rendah sektor manufaktur dan penurunan pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga.
Bank Dunia juga memperingatkan bahwa meskipun Indonesia diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia, penurunan tren konsumsi rumah tangga perlu menjadi perhatian serius. Dalam jangka panjang, penguatan sektor manufaktur dan peningkatan daya saing ekspor akan menjadi kunci keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Strategi Pemerintah: Mengatasi Tantangan Struktural untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
Pemerintah Indonesia harus mengembangkan kebijakan yang mampu mendorong transformasi struktural. Fokus pada sektor-sektor yang dapat meningkatkan produktivitas, seperti manufaktur dan teknologi, akan sangat menentukan masa depan perekonomian. Selain itu, meningkatkan kualitas investasi dan memperkuat sektor-sektor berbasis pengetahuan dan inovasi akan membuka peluang baru yang dapat mendiversifikasi perekonomian.
Secara keseluruhan, meskipun perekonomian Indonesia menunjukkan tren positif dengan proyeksi pertumbuhan yang stabil, tantangan struktural dan ketidakpastian eksternal tetap menjadi perhatian utama. Pemerintah dan sektor swasta perlu bersinergi untuk melakukan reformasi ekonomi yang lebih dalam, guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan. (*)