menitindonesia, JAKARTA – Ribuan buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Partai Buruh mengancam akan menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Negara dan Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 Maret 2025, nanti.
Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran yang menimpa pekerja PT Sritex dan ancaman serupa di berbagai sektor industri.
BACA JUGA:
Erick Thohir Ungkap Langkah Penyelamatan Pertamina dari Skandal Korupsi
Presiden KSPI, Said Iqbal, menegaskan bahwa aksi ini adalah respons atas kegagalan pemerintah dalam mencegah badai PHK massal yang telah menelan puluhan ribu pekerja.
“Aksi ini untuk memperjuangkan hak buruh Sritex agar tetap menjadi karyawan yang dimiliki oleh investor baru, serta menghindari PHK yang berpotensi mencapai ratusan ribu orang akibat tutupnya Sritex,” ujarnya dalam keterangan tertulis pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Selain di Jakarta, demonstrasi serupa juga akan digelar di Semarang, Jawa Tengah, dengan melibatkan ribuan buruh dari berbagai daerah.
Enam Tuntutan Buruh: Bongkar Kasus Sritex hingga Hapus Outsourcing
KSPI dan Partai Buruh mengusung enam tuntutan utama dalam aksi ini, yakni (1) Mengusut tuntas penyebab tutupnya Sritex dan PHK massal yang menimpa puluhan ribu pekerja di anak perusahaan dan supplier-nya, (2) Menyelamatkan industri nasional dan sektor riil, terutama di tengah ancaman PHK massal di tahun 2025, (3) Menghapus sistem outsourcing yang dinilai semakin masif dan merugikan pekerja, (4) Menjamin pembayaran THR 2025 dan mencegah perusahaan menggunakan PHK sebagai alasan menghindari kewajiban tersebut, (5) Mengadili para koruptor dengan hukuman seumur hidup, termasuk mereka yang terlibat dalam skandal korupsi besar seperti Jiwasraya dan proyek pagar laut, (6) Mencabut Permendag Nomor 8 Tahun 2023, yang dianggap membuka keran impor tanpa kontrol dan mengancam industri dalam negeri.
PHK Massal Jelang Ramadan: Dari Sritex hingga Yamaha Musik Indonesia
Gelombang PHK massal ini terjadi menjelang bulan Ramadan 1446 Hijriah, menambah tekanan ekonomi bagi ribuan buruh yang kehilangan pekerjaan. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) resmi menghentikan operasionalnya pada 1 Maret 2025, dengan 10.665 pekerja terdampak PHK akibat pailit.
BACA JUGA:
Jelang Puasa, Sritex Hentikan Operasi Dan PHK Massal, Buruh Menjerit!
Tak hanya Sritex, PHK juga terjadi di berbagai perusahaan lain: PT Yamaha Musik Indonesia: 1.100 karyawan terdampak, PT Sanken Indonesia: Berencana tutup pada Juni 2025, PT Danbi Tekstil Garut, PT Bapintri Cimahi, serta gerai KFC: Juga mengalami gelombang PHK, Industri otomotif truk dan dump truk: Terancam akibat impor kendaraan dari Cina yang membanjiri pasar tanpa perlindungan bagi industri lokal.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kementerian Perindustrian, Setia Darta, membenarkan rencana penutupan PT Sanken Indonesia, yang telah terdaftar dalam sistem perizinan online pemerintah.
Siapa yang Bermain di Balik Bangkrutnya Sritex?
Said Iqbal mempertanyakan siapa pihak yang terlibat dalam proses pailit Sritex dan apakah ada kepentingan tertentu di baliknya. “Siapa yang ingin membeli PT Sritex di bawah harga asetnya melalui kurator? Siapa pejabat yang terlibat dalam mencari pembeli dengan mengorbankan puluhan ribu buruh tanpa kepastian pesangon dan hak lainnya?” ujarnya.
KSPI dan Partai Buruh juga menyoroti peran pemerintah dalam menyelamatkan industri nasional. Mereka mendesak agar langkah-langkah konkret segera diambil untuk mencegah gelombang PHK yang lebih besar.
Aksi ini menjadi peringatan bagi pemerintah agar segera turun tangan. Jika tidak, gelombang PHK massal bisa semakin meluas, menghancurkan industri nasional, dan memperburuk kondisi ekonomi ribuan keluarga pekerja di Indonesia.
(akbar endra)