Dua Macam Kepemimpinan dalam Perspektif Fritjof Capra (Telaah dari The Hidden Connections)

Irfandi Mustafa adalah dosen di Universitas Nadhlatul Ulama, Maluku Utara. (ist)

Oleh Irfandi Mustafa
(Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Maluku Utara)
menitindonesia – Kepemimpinan bukan sekadar soal mengarahkan, tetapi juga menciptakan ruang bagi inovasi dan perubahan. Dalam bukunya The Hidden Connections, Fritjof Capra menguraikan dua bentuk kepemimpinan yang saling melengkapi: kepemimpinan visioner dan kepemimpinan fasilitatif.
Pertama. Kepemimpinan Visioner: Menetapkan Arah dan Mewujudkan Nilai. Secara tradisional, pemimpin digambarkan sebagai seseorang yang memiliki visi jelas, mampu mengartikulasikannya dengan kuat, serta menginspirasi orang lain melalui tindakan dan nilai-nilainya. Mereka ibarat seorang desainer yang membayangkan bentuk ideal dari suatu sistem, kemudian mengarahkan orang lain untuk mewujudkannya.
BACA JUGA:
OPINI – Membaca Masa Depan Prabowo: Kepemimpinan Jangka Panjang di Ujung Tantangan
Namun, kepemimpinan bukan hanya tentang visi. Di era yang penuh dinamika, dibutuhkan pendekatan lain yang memungkinkan kreativitas tumbuh secara alami.
Kedua. Kepemimpinan Fasilitatif: Membuka Ruang bagi Inovasi. Jenis kepemimpinan kedua adalah kepemimpinan fasilitatif. Alih-alih memberi instruksi secara langsung, pemimpin ini menciptakan kondisi yang mendorong perubahan dan inovasi. Mereka tidak sekadar mengontrol, tetapi memberdayakan orang lain untuk berpikir dan bertindak secara mandiri.
Dalam konteks organisasi, pemimpin fasilitatif membangun lingkungan yang memungkinkan komunikasi terbuka dan pembelajaran terus-menerus. Mereka memahami bahwa inovasi muncul dari interaksi yang dinamis serta keberanian untuk bereksperimen dan belajar dari kesalahan.

Metafora sebagai Kunci Pemahaman Visi

Visi adalah kunci keberhasilan sebuah organisasi, namun sering kali sulit diekspresikan secara rasional. Dalam hal ini, metafora berperan penting. Sering kali, sebuah visi yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami ketika diungkapkan melalui perumpamaan yang tepat.
BACA JUGA:
Opini: Erick Thohir dan Transformasi PSSI, Menjawab Tantangan Sepak Bola Nasional
Misalnya, organisasi dapat diibaratkan sebagai ekosistem yang terus berkembang, bukan sebagai mesin yang hanya menjalankan perintah. Pemimpin yang mampu menerjemahkan visinya dalam bentuk metafora akan lebih efektif dalam menginspirasi orang-orang di sekitarnya.

Memudahkan Kemunculan Spontan: Kunci Organisasi yang Adaptif

Kepemimpinan fasilitatif sangat erat kaitannya dengan prinsip kemunculan spontan dalam sistem kehidupan. Agar inovasi dapat berkembang, sebuah organisasi harus memiliki jaringan komunikasi yang aktif serta budaya keterbukaan terhadap ide-ide baru.
Dalam hal ini, pemimpin bertugas membangun ekosistem yang mendukung eksplorasi dan eksperimentasi. Mereka tidak hanya menciptakan struktur formal, tetapi juga mendorong terbentuknya lingkaran komunikasi informal yang dapat mempercepat penyebaran gagasan.

Mengelola Perubahan dan Ketidakpastian

Setiap proses perubahan membawa ketidakpastian. Dalam situasi ini, pemimpin yang baik adalah mereka yang transparan terhadap timnya. Mereka harus jujur tentang hal-hal yang sudah pasti dan yang masih belum jelas, sekaligus menjaga semangat dan kepercayaan dalam tim.
Proses transformasi organisasi sering kali melibatkan kehancuran struktur lama sebelum lahirnya sistem baru yang lebih relevan. Dalam fase ini, pemimpin perlu memastikan bahwa komunikasi tetap terbuka agar transisi berjalan dengan lancar.

Membangun Kepemimpinan yang Terdistribusi

Kepemimpinan tidak harus terpusat pada satu individu. Dalam organisasi yang dinamis, peran kepemimpinan dapat berpindah tangan sesuai kebutuhan. Model kepemimpinan terdistribusi ini memungkinkan lebih banyak orang berkontribusi dan mengambil peran strategis saat dibutuhkan.
Pemimpin yang efektif tahu kapan harus mengambil kendali dan kapan harus melepaskannya. Mereka fleksibel dalam menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi, baik itu dengan membangun jaringan komunikasi informal maupun dengan menetapkan kerangka kerja yang lebih terstruktur.
Kepemimpinan yang efektif bukan hanya tentang mengarahkan, tetapi juga tentang menciptakan ruang bagi kreativitas dan inovasi. Pemimpin visioner menetapkan arah dan nilai, sementara pemimpin fasilitatif memastikan bahwa ekosistem organisasi mendukung pembelajaran dan perubahan.
Dalam dunia yang terus berkembang, kombinasi kedua tipe kepemimpinan ini menjadi kunci bagi organisasi yang ingin bertahan dan berkembang. Fleksibilitas, keterbukaan, dan keberanian untuk bereksperimen adalah fondasi utama dalam membangun kepemimpinan yang adaptif dan berkelanjutan.