Transformasi Hercules: Dari Preman ke Dermawan, Bantu Pesantren di Wajo

Hercules dan Menteri Agama KH Nasaruddin Umar di Pesantren As'adiyah, Wajo.

menitindonesia, WAJO — Sebuah momen penuh makna terjadi di Pondok Pesantren As’adiyah, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Rosario de Marshall alias Hercules, mantan preman yang kini dikenal sebagai mualaf dan aktivis sosial, hadir dalam acara halal bihalal yang digelar di pesantren tersebut pada Sabtu (6/4/2025).
BACA JUGA:
Prabowo Optimistis Indonesia Mampu Hadapi Situasi Tarif Trump: Basic Kita Kuat
Yang membuat momen ini semakin istimewa, kehadiran Hercules disaksikan langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar. Dalam kesempatan itu, Hercules menyerahkan bantuan senilai Rp50 juta kepada Pesantren As’adiyah, yang disalurkan melalui Menteri Agama RI.

Kisah Transformasi Hercules Menyentuh Hati Para Santri

Didampingi istrinya dan sejumlah sahabat seperti Ustaz Salahuddin Ayub, dr. Wachyudi Muchsin (alias Dokter Koboi), serta jajaran pengurus GRIB Sulawesi Selatan, Hercules mendapat sambutan hangat dari para santri dan pimpinan pesantren.
“Saya baru pulang umrah, tapi begitu dengar undangan dari Wajo, saya langsung datang. Meski banyak undangan lain, saya memilih hadir di sini,” ucap Hercules di hadapan para tamu undangan.
Dalam sambutannya, Hercules mengisahkan perjalanan hidupnya yang penuh liku. Ia memeluk Islam sejak tahun 1990, namun baru benar-benar mendalami ajaran agama setelah dikaruniai dua anak. Sejak itu, hidupnya berubah: ia rajin beribadah, aktif dalam kegiatan sosial, serta menjadi pembina di berbagai pesantren di Banten dan beberapa provinsi di Jawa.
Dokter Wachyudi Muchsin yang turut hadir dalam acara ini, memberi apresiasi atas kiprah Hercules. “Perjalanan Bang Hercules adalah bukti bahwa siapa pun bisa berubah. Dari jalanan menuju jalan Allah. Ini pelajaran besar bagi generasi muda,” kata Dokter Koboi.
Dikenal rutin mengadakan pengajian dan santunan anak yatim setiap Jumat di kediamannya di Jakarta, Hercules kini menjadi sosok yang memberi inspirasi dalam membangun kehidupan religius dan sosial yang lebih baik.
Kehadirannya di Wajo tak hanya sebagai simbol transformasi pribadi, tetapi juga mempererat hubungan antara tokoh masyarakat dan dunia pesantren, sebagai bagian penting dari pembangunan karakter bangsa.