Indonesia Bersinar di WHS India, Taruna Ikrar Ungkap Inovasi Regulasi dan Kolaborasi ABG

Kepala BPOM RI Taruna Ikrar saat menjadi pembicara utama World Health Summit India 2025, paparkan konsep ABG dan inovasi regulasi obat.

  • Kepala BPOM RI Taruna Ikrar tampil sebagai pembicara utama di World Health Summit India 2025. Ia memaparkan konsep kolaborasi ABG dan inovasi regulasi, yang menuai pujian dari dunia internasional.
menitindonesia, NEW DELHI – Dunia menyimak dengan penuh perhatian saat Taruna Ikrar, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, naik ke podium sebagai pembicara utama di ajang bergengsi World Health Summit (WHS) Regional Meeting 2025 di New Delhi, Jumat (25/4/2025).
BACA JUGA:
Reformasi Dana Hibah ala Dedi Mulyadi: Prioritas APBD ke Infrastruktur, Bukan Yayasan Bodong
Dalam sesi Sharing Best Practices: Reliance and Convergence, Taruna memperkenalkan pendekatan inovatif BPOM dalam reformasi sistem regulasi. Salah satu sorotan utama adalah skema reliance—sebuah metode kerja sama dengan badan regulator global seperti WHO, EMA, dan ASEAN untuk mempercepat proses registrasi obat tanpa mengurangi kualitas dan keamanan.
“Kami berhasil memangkas waktu evaluasi registrasi dari 120 hari menjadi hanya 90 hari kerja, namun tetap menjaga standar mutu dan efikasi,” jelas Taruna dalam forum internasional tersebut.
Beberapa produk penting yang telah melalui jalur ini antara lain: Dengvaxia, Qdenga, Perjeta, serta berbagai obat inovatif untuk malaria dan penyakit autoimun.
IMG 20250425 WA0014 11zon
Ilustrasi Menit Indonesia

Konsep ABG Jadi Sorotan Internasional

Tak hanya itu, Taruna memperkenalkan gagasan strategis yang ia sebut sebagai Konsep ABG (Akademisi, Bisnis, dan Pemerintah)—sebuah pendekatan kolaboratif lintas sektor untuk memperkuat kapasitas nasional dalam menghadapi tantangan kesehatan global.
BACA JUGA:
KBRI India Dukung Taruna Ikrar Hadirkan Obat Murah Berkualitas untuk Rakyat
“Inovasi lahir dari ekosistem yang sehat, dan ABG adalah jembatan sinergi yang dibutuhkan sektor kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih adaptif dan maju,” ujarnya tegas.
Gagasan ini mendapat apresiasi luas, termasuk dari Adam Hacker, Director dan Global Head of Regulatory and Quality CEPI. “Konsep ABG yang disampaikan Dr. Taruna merupakan terobosan luar biasa dan layak diadopsi secara global,” katanya.

Pengalaman BPOM dalam Krisis Global

Dalam sesi High-Level Panel Discussion, Taruna juga membagikan pengalaman Indonesia dalam sesi bertajuk: “Challenges in Expedited Approval of COVID-19 Pandemic Vaccines: BPOM Experience.”
Ia mengulas bagaimana BPOM berperan penting dalam percepatan persetujuan vaksin COVID-19, serta tantangan regulator dalam menjaga kecepatan tanpa mengorbankan aspek ilmiah dan keselamatan masyarakat.
(akbar endra)