Tim Pengabdian Masyarakat UNHAS bersama petani Kelurahan Tuwung, Kota Barru, sukseskan program urban farming untuk optimalkan pekarangan sebagai sumber pangan rumah tangga.
Universitas Hasanuddin (UNHAS) mengubah pekarangan sempit di Kota Barru menjadi sumber pangan keluarga melalui urban farming. Program ini menjadi solusi konkret terhadap krisis lahan dan ketahanan pangan rumah tangga perkotaan.
menitindonesia, BARRU — Pekarangan kecil, dulu hanya tempat menyimpan pot bunga atau barang tak terpakai, kini menjelma jadi kebun sayur yang menopang dapur rumah tangga. Di Kelurahan Tuwung, Kota Barru, Universitas Hasanuddin (UNHAS) memulai transformasi diam-diam namun revolusioner: mengubah lahan sempit menjadi sumber pangan lewat pertanian perkotaan (urban farming).
Program ini lahir dari kesadaran akan krisis pangan dan sempitnya lahan produktif di wilayah perkotaan. Dengan semakin banyaknya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan industri, masyarakat kota menghadapi tantangan besar untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Dan di sinilah urban farming menjadi relevan dan strategis.
Dipimpin Prof. Dr. Rahmadanih, bersama Dr. Ariady Arsal dan Rasyidah Bakri, MSc, tim pengabdian masyarakat UNHAS hadir langsung di tengah kelompok tani “Sumber Reski” untuk membongkar paradigma lama: bahwa hanya lahan luas yang bisa menghasilkan pangan.
Dari Sawah ke Pekarangan: Paradigma Baru Petani Kota
H. Muhammad Nur, Ketua Kelompok Tani Sumber Reski, mengaku selama ini kelompoknya hanya fokus pada lahan sawah. Padahal, pekarangan rumah dan lahan sempit milik anggota bisa dimanfaatkan lebih produktif.
“Dengan bimbingan dari UNHAS, kami jadi tahu bahwa pekarangan kami ternyata bisa lebih dari sekadar tempat tanaman hias. Sekarang bisa jadi sumber sayur untuk konsumsi harian,” ujarnya penuh antusias, pada Sabtu (28/6/2025).
Ilmu Terapan dan Aksi Nyata di Lahan Sempit
Tak hanya teori, tim UNHAS turun langsung mendampingi warga dalam praktik. Dr. Ariady Arsal memperagakan pengelolaan kebun pekarangan, teknik pengamatan hama secara kultur teknis, serta sanitasi kebun agar tanaman lebih sehat dan tahan penyakit.
Didampingi mahasiswa pascasarjana dari Program Studi Magister Agribisnis dan Sistem-Sistem Pertanian, tim juga membagikan benih selada keriting, bayam, dan terong. Semua ditanam di lahan sisa dan pekarangan menggunakan polibag serta media tanam berbasis bahan lokal.
Mimpi Kecil, Dampak Besar
Urban farming bukan sekadar aktivitas menanam. Ini adalah bentuk kemandirian pangan, upaya memperpendek rantai distribusi, serta cara menciptakan ketahanan keluarga di tengah keterbatasan ruang dan ekonomi.
“Bukan soal berapa luas lahannya, tapi bagaimana kita bisa mengoptimalkan ruang yang ada untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri,” tegas Prof. Rahmadanih.