Dari Sungai Turikale ke Gedung DPRD: Jejak Reses Patarai Amir yang Bikin Warga Berterima Kasih

Warga melalui perangkat daerah menyampaikan aspirasi kepada Patarai Amir.
  • Anggota DPRD Sulsel H.A. Patarai Amir turun ke Maros serap aspirasi warga. Dari normalisasi sungai hingga dukungan usaha kecil, reses jadi aksi nyata.
menitindonesia, MAROS — Di sebuah balai pertemuan sederhana di Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, suara warga bersahutan dalam suasana hangat. Mereka bukan sedang mengeluh, tapi berbagi cerita — tentang jalan yang kini mulus, tentang sungai yang tak lagi meluap setiap musim hujan, dan tentang wakil rakyat yang masih rajin datang menyapa, bukan hanya saat kampanye tiba.
BACA JUGA:
Dari Rp70.000 Jadi Ilmuwan Dunia, Kini Ja’far Hasibuan Obati Ratusan Warga Secara Gratis
Nama itu: Patarai Amir, anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Partai Golkar.
Ia kembali turun ke dapilnya dalam agenda reses, sebuah tradisi politik yang kerap dipandang rutin, namun baginya, menjadi panggilan nurani.
“Reses itu bukan formalitas. Saya datang bukan hanya untuk mendengar, tetapi juga untuk menindaklanjuti,” ujarnya mantap di hadapan warga, Selasa (28/10/2025).
Patarai tampak akrab dengan suasana kampung. Sesekali ia menyalami warga satu per satu, menanyakan kabar, bahkan mencatat sendiri beberapa aspirasi di buku kecilnya. Tak jarang, ia disela oleh tawa warga yang menyampaikan keluh kesah dengan nada bercanda.
Dari perbincangan yang cair itu, terselip cerita tentang jalan yang kini diperbaiki, kelompok usaha kecil yang kembali berdenyut, dan normalisasi sungai yang mengubah wajah Turikale.
“Dulu tiap hujan besar, air naik sampai ke rumah-rumah. Sekarang sudah jauh berkurang. Terima kasih karena Pak Patarai tidak cuma janji,” ujar Camat Turikale memberi testimoni tulus di hadapan masyarakat.

Catat Aspirasi Warga

Program normalisasi sungai yang dulu dianggap mustahil kini menjadi contoh nyata bagaimana aspirasi rakyat bisa diterjemahkan jadi kebijakan konkret. “Langkah strategis Pak Patarai itu berdampak langsung pada keselamatan warga,” lanjut sang camat.
BACA JUGA:
Dari Rp70.000 Jadi Ilmuwan Dunia, Kini Ja’far Hasibuan Obati Ratusan Warga Secara Gratis
Tak berhenti di infrastruktur, warga juga menyampaikan harapan tentang peningkatan kualitas layanan kesehatan dan pendidikan. Patarai mencatat semuanya dengan saksama. Ia sadar, suara rakyat adalah bahan bakar politik yang paling jujur.
“Dukungan masyarakat adalah energi utama saya. Aspirasi mereka bukan hanya dicatat, tapi diperjuangkan,” kata Patarai dengan nada penuh keyakinan.
Bagi sebagian politisi, reses hanyalah agenda wajib. Tapi bagi Patarai Amir, reses adalah perjalanan pulang — ke tempat di mana politik menemukan makna sejatinya: hadir untuk rakyat, mendengar dengan hati, dan bekerja dengan nurani.
Di akhir pertemuan, warga bertepuk tangan, sebagian bersalaman, sebagian lagi mengabadikan momen dengan ponsel mereka. Di wajah-wajah itu, tersimpan kepercayaan bahwa politik masih bisa punya wajah manusiawi, selama ada wakil rakyat yang mau benar-benar turun ke bawah. (asrul nurdin)