menitindonesia, MAKASSAR – Bakal Calon Anggota Legislatif Partai Golkar DPRD Provinsi Sulawesi Selatan daerah pemilihan Makassar A, Nasran Mone, S.Ag, mensosialiasikan dirinya melalui lagu kreatif bergenre “Pop Makassar”, judul “Nakke Tosseng“: Cinta Kubalas Kasih Sayang.
Nasran Mone mengatakan, perkembangan teknologi digital yang semakin maju, telah mendistrupsi kebiasaan masyarakat termasuk cara pandang terhadap prilaku politik.
“Masyarakat sekarang pintar, caleg mau terkenal lewat balihonya justru dianggap mengganggu ketertiban. Misalnya pasang baliho di pohon (dia pakui pohon). Mereka dianggap caleg jorok karena tidak peka dengan lingkungan,” kata Nasran Mone kepada jurnalis media ini di Makassar, Sabtu (29/7/2023).
Menurut dia, model sosialisasi dengan memasang gambar-gambar caleg yang digantung di pohon-pohon sudah tidak efektif lagi. “Masyarakat lebih mau melihat pohon-pohon itu dirawat dan dipelihara daripada dipenuhi gambar-gambar caleg,” ujar Nasran.
Mantan Legislator Fraksi Golkar DPRD Kota Makassar tiga periode itu, menambahkan, politisi justru harus memberi contoh prilaku yang baik kepada masyarakat. Sebab, yang namanya wakil rakyat, ujar Nasran, tidak hanya sekedar memiliki kemampuan mengorganisir pemilih ke TPS, tetapi harus benar-benar memiliki visi kepemimpinan dan memang layak diangkat derajatnya sebagai pemimpin karena citranya positif.
“Sekarang banyak yang bilang politik itu jorok, kotor. Karena yang cepat viral prilaku politisi, misalnya korupsi, bertengkar karena berebut kekuasaan, atau suka ribut karena menuntut fasilitas. Padahal kan politik tidak seperti itu, politik justru sesuatu yang mulia, memperjuangkan harapan masyarakat agar sejahtera, adil dan damai,” kata dia.
Agar image masyarakat menjadi positif terhadap politik, Nasran mengatakan, dirinya memperkenalkan diri dengan model kampanye kreatif, yakni memanfaatkan teknologi digital yang semakin maju. “Kami lakukan sosialisasi lewat musik dan lagu yang menginspirasi dan memotivasi masyarakat supaya mereka tidak salah dalam memilih pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang dipercayai nanti,” ujarnya.
Dibanding memasang gambar-gambar di pohon atau menggantungnya di tiang listrik yang sudah pasti mengganggu ketertiban itu, kata Nasran, jauh lebih berefek menggunakan teknologi digital dengan memanfaatkan platform social media. “Terasa lebih dekat dengan pemilih karena semua orang sekarang sudah punya smartphone. Bisa berinteraksi. Dibanding mau terkenal lewat gambar-gambar di pohon, tidak ada manfaatnya bagi pemilih,” ucap Nasran.
Menurut politikus yang dikenal dengan “Warung 2000” ini, sosialisasi lewat lagu “Nakke Tosseng” itu, sudah ia rasakan efeknya. Ia mengaku pernah melihat anak-anak muda menyanyikan lagunya tersebut di lorong-lorong. “Sambil mereka ngumpul-ngumpul, ada yang main gitar menyanyi ‘Nakke Tosseng’. Ada juga yang meninikmati lagu ini lewat HP. Kan ada pasti efeknya,” ujarnya.
Selain itu, Nasran mengatakan, timnya tak hanya memproduksi lagu-lagu dan eksis di prlatform media social saja. Menurutnya, tiap hari jadwalnya selalu padat agenda silaturtahmi dan bertatap muka langsung dengan masayarakat di dapilnya. “Lewat Pemilu harus benar-benar yang terpilih politisi yang punya karakter dan visi kerakyatan, gilirannya “Nakke Tosseng’, karena memang layak wakili rakyat,” tandasnya. (AE)