IHSG Terjun Bebas: Defisit Membengkak, Harga Bahan Pokok Melonjak, dan Harapan pada Prabowo

Penulis adalah Jurnalis Menit Indonesia, bertugas di Jakarta. (ist)

Oleh Akbar Endra
(Jurnalis Menit Indonesia)
menitindonesia – Tak bisa lagi menutup mata. Di tengah badai ekonomi global, IHSG Indonesia terjun bebas, turun lebih dari 6 persen. Angka ini mengingatkan pada masa kelam 2020, ketika pandemi Covid-19 mengguncang dunia.
BACA JUGA:
Kecam Penembakan Anggota Polri di Lampung, Rudianto Lallo Minta Pelaku Ditindak Tegas!
Namun kali ini, ketidakpastian itu meresap begitu dalam ke setiap aspek kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang jurnalis yang bekerja di media ini, saya merasa perlu merefleksikan apa yang saya saksikan dan alami—bagaimana realitas yang ada tak hanya menjadi bahan pemberitaan, tapi juga menggugah rasa empati dan tanggung jawab untuk menyampaikan kenyataan dengan jujur dan tajam.

Defisit yang Mencekik dan Kepercayaan yang Tergerus

Laporan APBN menunjukkan defisit anggaran yang membengkak, mencapai Rp507,8 triliun atau 2,29% dari PDB pada 2024. Ini bukan angka di kertas, melainkan beban yang harus dipikul oleh rakyat Indonesia. Pada dua bulan pertama 2025, defisit tercatat Rp31,2 triliun atau 0,13% dari PDB, sementara penerimaan pajak menurun drastis. Dampaknya langsung terasa pada masyarakat yang semakin terhimpit oleh biaya hidup yang tak kunjung reda.
BACA JUGA:
Cairkan THR Untuk Pemerintah Desa, Chaidir Syam: Hanya Kita Satu-satunya di Sulsel!
Sebagai contoh, saya menemani istri saya berbelanja di Pasar Senen baru-baru ini, dan apa yang saya saksikan begitu mencolok. Harga-harga kebutuhan pokok, seperti daging dan minyak goreng, naik drastis. Kami membeli lebih sedikit, tetapi pengeluaran tetap membengkak. Istri saya mengeluh, tapi itu bukan hanya keluhannya. Di pasar, ibu-ibu rumah tangga lainnya juga merasakan hal yang sama—harga-harga semakin tinggi, namun penghasilan tetap. Mereka berbicara dengan nada kecewa, menyebutkan keluhan tentang BBM yang dioplos, pupuk palsu yang beredar, dan pejabat yang terus-menerus masuk bui karena korupsi. “Kapan ya harga-harga ini turun?” tanya salah seorang ibu dengan nada kesal. Semua itu menggambarkan ketidakpastian yang semakin menekan kehidupan mereka.

Harapan pada Presiden Prabowo dan Ketegangan Seputar Sri Mulyani

Di tengah kegelisahan ini, harapan besar terarah pada Presiden Prabowo. Masyarakat menginginkan kebijakan tegas yang benar-benar membawa kesejahteraan, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketimpangan sosial. Sebagai pemimpin, Prabowo diharapkan mampu merespons krisis ini dengan keberanian dan tindakan nyata. Namun, tak bisa diabaikan juga kegelisahan seputar Sri Mulyani. Desas-desus mundurnya Menteri Keuangan semakin beredar. Ketidakpastian semakin terasa, dan banyak yang mulai bertanya apakah Sri Mulyani masih mampu menghadapi tantangan yang semakin berat ini? Kegelisahan ini turut memengaruhi keyakinan rakyat terhadap masa depan ekonomi negara.

Melihat Krisis dengan Empati dan Tanggung Jawab sebagai Jurnalis

Sebagai jurnalis yang meliput peristiwa ini, saya melihat langsung bagaimana dampak krisis ekonomi dirasakan oleh masyarakat. Di pasar, ibu-ibu menjerit, berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Setiap hari, harga-harga terus melonjak, dan mereka membeli lebih sedikit meskipun penghasilan tak berubah. Ketegangan semakin meningkat, sementara politik makin terpecah. Rakyat semakin terjepit oleh ketidakpastian yang tak hanya datang dari pasar, tapi juga dari ketegangan elit politik yang saling berebut kekuasaan.
Krisis ini lebih dari sekadar angka atau laporan APBN. Ini adalah kisah hidup yang harus disampaikan dengan empati dan ketajaman. Sebagai jurnalis, tugas saya bukan hanya melaporkan, tetapi memastikan suara rakyat didengar, menggali solusi, dan menjaga agar kebijakan pemerintah tetap berpihak pada rakyat.
Inilah tantangan terbesar di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut. Krisis ini bukan hanya soal angka atau laporan APBN; ini adalah soal kehidupan yang dirasakan oleh setiap orang, oleh ibu-ibu di pasar, oleh rakyat kecil yang tak punya pilihan lain selain berjuang untuk bertahan hidup.