menitindonesia, JAKARTA – Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengenang masa ia memimpin Sat 81 Komando Pasukan Khusus (Kopassus), 40 tahun silam. Pasukan elit anti teror ini, didirikan oleh Mayor TNI Luhut Binsar Pandjaitan bersama Kapten TNI Prabowo Subianto pada tahun 1981.
Luhut menjadi komandan pertama Sat 81 Kopassus. Pria kelahiran Toba Samosir, Sumatera Utara ini menceritakan, ia pernah mengikuti pendidikan di US Army Special Forces di Fort Bragg. Ia juga pernah diperintahkan bersama Prabowo menempuh pendidikan di GSG-9 atau dikenal sebagai kesatuan anti-teror di bawah naungan Polisi Federal Jerman dan Inggris yakni Royal Army Special Air Service (SAS).
Pada Tahun 1980, Kepala Intel BAIS, Benny Moerdani, memanggil Mayor Luhut dan Kapten Prabowo untuk dipersiapkan pergi ke Jerman. “Beliau mengantisipasi ke depan ini akan banyak ancaman teroris di dunia,” kata Luhut, dikutip dari Instagram miliknya, Kamis (24/8/2023).
Luhut menceritakan, saat itu, ia diperintahkan bersama Prabowo Subianto berangkat ke Jerman mengikuti pendidikan GSG-9. “Sekaligus menyiapkan satu unit, beliau (Benny) sebut creme dele creme dari TNI dan kami belajar di sana untuk melihat, mengkombinasikan apa yang kami alami selama menjalani pendidikan di special forces di Fort Bragg dan kemudian juga Jerman dan juga di SAS di UK,” ujarnya.
Dengan pengalaman operasi yang dimilikinya, Luhut menceritakan, saat itu dirinya berpangkat Mayor TNI dan Prabowo masih berpangkat Kapten. Keduanya lalu menyusun suatu organisasi yang kemudian dinamakan Detasemen 81 Kopassandha. Nama 81, ungkap Luhut, terinspirasi dari peristiwa pembebasan sandera di Bandara Don Mueang di Thailand pada tahun 1981 silam oleh operasi khusus Pasukan Kopassus. “Jadi mudah membuat itu,” ucap dia.
Luhut dan Prabowo kemudian melaporkan kepada Menhankam Panglima ABRI Jenderal M Jusuf terkait nama organisasinya itu. “Beliau segera setuju. Beliau mengatakan angka 9 itu angka tertinggi. ‘Jadi saya setuju kamu buat namanya Detasemen 81’. Itulah awalnya,” ujarnya.
Kemudian Luhut menjelaskan, bahwa pasukan elit itu harus memiliki spesialisasi, oleh karena itu Detasemen 81 membuat berbagai macam spesialisasi yang sesuai atau berdasarkan tuntutan tugas.
Siap, Setia, Berani
“Pak Benny memang memerintahkan untuk membuat yang kecil. Dari situ kami belajar bahwa satuan elite itu harus memiliki spesialisasi, itu sebabnya kemudian Detasemen 81 ini membuat berbagai macam spesialisasi sesuai dengan tuntutan tugasnya. Dan itu juga yang mewarnai waktu Jenderal Sintong menjadi Danjen Kopassus kita melakukan reorganisasi sesuai permintaan dari Jenderal Benny Moerdani sebagai Panglima ABRI waktu itu,” jelasnya
Luhut mengaku sebagai salah satu orang merumuskan Detasemen 81 ini, dirinya ikut menyeleksi dan mencari prajurit yang mampu membuat keputusan cepat dan tepat dalam keadaan darurat maupun tertekan. “Individu land navigation itu menjadi suatu standart untuk masuk ke Detasemen 81 dan kemudian juga Kopassus,” katanya.
Dia menyebut, masa 40 tahun yang lalu terasa waktu begitu cepat berlalu. Sebagai prajurit dan komandan pertama, kata Luhut, dirinya selalu mengingatkan kepada seluruh prajurit kesetiaan kepada institusi. “Itu sebabnya dalam bendera Den 81 itu kami sebut SIAP, SETIA BERANI. Siap kapan saja dia operasi, Setia dia tunduk taat sama negara dan tegak lurus pada organisasi, Berani harus melakukan tugasnya apapun konsekuensinya,” pungkasnya. (andi adhe zakaria)