menitindonesia, JAKARTA – Mundurnya Arilangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar, memunculkan banyak spekulasi politik. Pengamat dan peneliti pada Yayasan Lembaga Kajian Pembangunan (LKP), Muhammad Asrul Nurdin, S.Pd, menilai Airlangga Hartarto mundur karena diduga terlibat kasus korupsi ekspor CPO minyak goreng, yang saat ini kasusnya bergulir di Kejaksaan Agung dan di Bareskrim Polri.
Muhammad Asrul mengungkapkan, sejak menjelang Pemilu 2024, sebenarnya posisi Airlangga di Golkar sudah mulai digoyang di internal, sejak bulan Juli 2024 lalu, dengan menghembuskan isu musyawarah luar biasa (munaslub).
“Sejak Juli 2023, posisi Airlangga sebagai ketum sudah digoyang. Kader senior Golkar seperti Yorrys Rawayei dan Ridwan Hisyam, pernah temui Luhut Binsar Pandjaitan, terang-terangan minta Airlangga Hartarto diganti melalui mekanisme munaslub,” kata Muhammad Asrul saat dikonfiormasi media ini dari Jakarta, Selasa (13/8/2024).
Selain Yorrys dan Ridwan, mantan Sekjen Partai Golkar, Idrus Marham, kata Asrul, juga terang-terangan menyerang Airlangga dan mendesak Menteri Koordinator Perekonomian itu mundur dari jabatan Ketum Golkar. “Idrus pernah bikin gerakan yang dia namai Tim Pemrakarsa Penggerak Kebangkitan Golkar. Ia minta Golkar diselamatakan dari belenggu jerat kasus korupsi yang diduga akan menjerat Airlangga,” ujarnya.
Namun, serangan tokoh-tokoh Golkar itu, lanjut Asrul, berhenti karena tokoh senior Golkar seperti Akbar Tandjung, Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie tetap menyokong Airlangga dan meminta Golkar tetap solid menghadapi Pemilu 2024.
“Setelah Pemilu, konflik internal itu, ternyata belum padam. Bahkan terus menguntit kesalahan Airlangga hingga menjadi blunder, dimana dia terpaksa harus mundur. Ini kemenangan Idrus Marham, Yorrys dan Ridwan. Ya, beginilah jalannya Golkar agar nanti dipimpin oleh Bahlil, mungkin yang akan jadi sekjennya adalah Idrus Marham, Dewan Pembinanya, ya Pak Jokowi. Ini skema lama kalau Airlangga tersandung,” ujar dia.
Alumni Universitas Islan Negeri (UIN) Alauddin, makassar itu, bahkan dia menjelaskan, jika membaca skenario yang disusun oleh Idrus Marham pada saat Munas Golkar digelar nanti.
“Dia mau jadikan Jokowi Ketua Dewan Pembina dan Bahlil Lahadalia sebagai Ketum. Sedangkan Idrus Marham, akan berusaha mengisi posisi sekjen. Skenario ini terus jalan, hingga Airlangga mundur. Jadi dinamika Golkar sekarang seperti itu, jalan sesuai skenario yang disusun Idrus Marham,” katanya.
Dipaksa Mundur?
Sebelumnya, mencuat kabar dari salah seorang pengurus Golkar kepada salah satu media online di Jakarta. Pengurus Golkar tersebut menyebutkan, Airlangga menerima ancaman akan digeladah dan dijemput paksa jika tak segera menyatakan pengunduran diri pada Sabtu, 10 Agustus 2024, kemarin.
Sumber dari Golkar tersebut menyebutkan, pemanggilan Airlangga untuk diperiksa di hanya sebagai saksi. Kalau tidak, rumahnya akan digeladah Kejagung dan dia akan dibawa paksa. “Makanya, Sabtu malam, mau nggak mau, ngebuat surat pengunduran diri,” ujar pengurus Golkar tersebut.