Kombes Ade Rahmat Idnal: Polisi Sederhana yang Menolak Suap demi Keadilan

Kapolres Metro jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal saat menerima kunjungan silaturahmi media ini di kantornya. (ist)

menitindonesia, JAKARTA – Integritas adalah harga mati bagi Kombes Ade Rahmat Idnal. Saat uang suap senilai Rp500 juta ditawarkan untuk menghentikan sebuah kasus besar, ia tak goyah. Sosoknya kini menjadi sorotan publik, bukan karena kontroversi, tetapi karena keteguhan hatinya menegakkan hukum tanpa kompromi.
Nama Kombes Ade Rahmat Idnal, Kapolres Jakarta Selatan, mencuat dalam kasus hukum yang menyita perhatian publik. Kasus itu melibatkan dua tersangka, Arif Nugroho dan Muhammad Bayu Hartanto, yang dijerat dalam perkara pembunuhan dan pemerkosaan terhadap seorang gadis berusia 16 tahun berinisial AF.
BACA JUGA:
Overclaim di Produk Pangan Marak! BPOM Siap Beri Sanksi Tegas
Namun, bukan hanya tindakan kriminal mereka yang menghebohkan, tetapi juga upaya menyuap aparat penegak hukum demi membebaskan diri dari jerat hukum.
Dalam perjalanan penyidikan, mantan Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Bintoro, diduga menerima suap sebesar Rp100 juta untuk melindungi salah satu tersangka, Arif Nugroho, yang diketahui merupakan anak dari bos Prodia.
BACA JUGA:
BPOM: Temuan Takjil Berbahan Berbahaya Masih Marak, Masyarakat Harus Waspada!
Tak berhenti di situ, ada pula upaya melibatkan Kombes Ade Rahmat Idnal dalam skema kotor ini. Sebuah tawaran uang Rp500 juta disodorkan ke mejanya, meminta ia menandatangani surat penghentian penyidikan perkara (SP3) terhadap kedua tersangka.
Namun, Ade tak tergiur. Dengan suara tegas, ia menolak segala bentuk kompromi dalam kasus ini.
“Ini bukan perkara biasa. Ini menghilangkan nyawa seseorang. Saya tidak mau berkompromi terhadap kasus mengenai nyawa, narkoba, dan kasus yang terkait hak orang lain,” ujar Ade kepada Akbar Endra, jurnalis media ini saat ditemui di kantornya, Jumat (28/2/2025).
Ketegasan ini bukan sekadar slogan. Sebagai perwira menengah lulusan Akpol 1997, Ade memegang teguh prinsip menjaga marwah kepolisian. Meski tergolong polisi sederhana dengan total harta kekayaan hanya Rp1,6 miliar, ia tetap menolak ratusan juta bahkan miliaran rupiah yang bisa saja membuat hidupnya lebih mewah. Baginya, hukum bukan untuk diperjualbelikan.
Namun, sikap idealis Ade tak serta-merta diikuti semua anak buahnya. AKBP Bintoro, yang bermain di belakangnya, akhirnya harus menanggung akibat perbuatannya. Ia diberhentikan tidak dengan hormat dari institusi kepolisian setelah terbukti menerima suap dalam kasus ini.

Profil Kombes Ade Rahmat Idnal

Kombes Ade Rahmat Idnal lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1975. Ia merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1997 dan dikenal sebagai perwira yang disiplin serta berintegritas tinggi. Sepanjang kariernya, Ade telah menduduki berbagai posisi strategis di kepolisian, termasuk di bidang reserse dan kriminal.
Sebelum menjabat sebagai Kapolres Jakarta Selatan, ia pernah bertugas di Polda Metro Jaya dan beberapa wilayah lainnya, menangani berbagai kasus besar, termasuk pemberantasan narkoba dan kejahatan terorganisir. Kiprahnya dalam menegakkan hukum tanpa pandang bulu membuatnya dihormati, baik oleh rekan sejawat maupun masyarakat luas.
Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi kepolisian, sosok seperti Kombes Ade Rahmat Idnal menjadi secercah harapan. Ia membuktikan bahwa masih ada polisi yang berdiri tegak di atas keadilan, meski godaan materi datang silih berganti. Keberaniannya menolak suap bukan hanya menjaga nama baik institusi, tetapi juga mengembalikan kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum di negeri ini.

(akbar endra)