Shalat sebagai Terapi Otak: Kajian Taruna Ikrar dalam Tarawih KAHMI Bersama Jusuf Kalla

Taruna Ikrar menyampaikan tausiah tarwih bersama KAHMI yang dihadiri JK dan sejumlah tokoh nasional

menitindonesia, JAKARTA – Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) menggelar acara buka puasa bersama dan Shalat Tarawih berjamaah dengan menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan akademisi. Acara berlangsung dalam suasana penuh khidmat dan dihadiri oleh Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK).
BACA JUGA:
Label ‘Nutri-Grade’ Segera Hadir di Indonesia, BPOM Targetkan Rampung 2025
Salah satu momen penting dalam acara ini adalah ceramah ilmiah yang disampaikan oleh Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar. Dalam ceramahnya, ia membahas mukjizat shalat dari perspektif neurosains, menegaskan bahwa shalat bukan hanya ibadah spiritual, tetapi juga memiliki dampak luar biasa bagi kesehatan otak dan mental.

Keutamaan Sujud dalam Islam dan Ilmu Kedokteran

Shalat adalah ibadah yang memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun ilmiah. Salah satu gerakan dalam shalat yang memiliki dampak besar terhadap kesehatan adalah sujud.
BACA JUGA:
THR Lebaran 2025: Pemerintah Siapkan Rp 50 Triliun, Ini Jadwal Pencairannya
Rasulullah SAW bersabda: “Seorang hamba paling dekat dengan Rabb-nya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah doa di dalamnya.” (HR. Muslim)
Dari perspektif medis, sujud bukan hanya bentuk penghambaan kepada Allah, tetapi juga memiliki efek luar biasa bagi kesehatan otak manusia.

Manfaat Sujud bagi Otak dan Kesehatan Mental

Meningkatkan Aliran Darah dan Oksigen ke Otak
Saat bersujud, posisi kepala lebih rendah dari jantung, yang membuat darah kaya oksigen mengalir lebih lancar ke otak. Hal ini sangat penting, mengingat otak manusia memiliki sekitar 100 miliar neuron yang membutuhkan suplai oksigen optimal untuk bekerja maksimal.
Merangsang Neurogenesis dan Plastisitas Otak
Menurut penelitian di bidang neurosains, sujud dapat membantu memperbaiki dan membentuk jaringan saraf baru. Ini berkontribusi pada peningkatan daya ingat, fokus, serta mengurangi risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
Mengurangi Stres dan Meningkatkan Ketenangan Jiwa
Sujud juga berperan dalam menurunkan kadar hormon stres (kortisol) dan meningkatkan hormon kebahagiaan seperti dopamin serta serotonin. Ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an: “Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
Menyeimbangkan Sistem Saraf dan Emosi
Gerakan sujud dalam shalat juga membantu menyeimbangkan sistem saraf otonom, yang berperan dalam mengatur respons tubuh terhadap stres. Dengan sering bersujud, seseorang dapat lebih tenang, lebih sabar, dan lebih mampu menghadapi tekanan hidup.
Allah telah menegaskan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabūt [29]: 45)
Hal ini menunjukkan bahwa shalat bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga sarana membentuk karakter dan kestabilan emosional seseorang.
Kesimpulan: Shalat sebagai Mukjizat Spiritual dan Medis
Acara yang diselenggarakan oleh KAHMI ini menjadi pengingat bahwa shalat adalah mukjizat yang tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan fisik dan mental.
Dalam ceramahnya, Taruna Ikrar menegaskan bahwa sujud dalam shalat dapat menjadi terapi alami untuk meningkatkan daya ingat, menjaga kesehatan otak, dan memperoleh ketenangan jiwa.
Sebagai umat Islam, kita diajak untuk menjaga kekhusyukan dalam shalat, memperbanyak sujud sebagai sumber ketenangan, dan memahami manfaat shalat dari perspektif spiritual dan ilmiah
Dengan demikian, semakin jelas bahwa shalat bukan hanya kewajiban, tetapi juga anugerah luar biasa yang Allah berikan bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
“Semoga kita semua senantiasa menjaga shalat, meningkatkan ketakwaan, serta memperoleh kesehatan lahir dan batin,” pungkas Taruna Ikrar. (AE)