MENYAKSIKANpiala Eropa 2020 melalui live streaming siaran Mola TV, ribuan penggemar sepak bola bergengsi hadir di stadion tanpa menggunakan masker dan tanpa rasa cemas terhadap virus corona yang sedang mewabah. Bagi sebahagian negara di Eropa dan Amerika, pandemi Covid-19 sudah usai. Bahkkan di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden meminta warganya melepas maskernya setelah divaksin.
Bandingkan di negara kita. Di saat warga negara India panik karena terjadi ledakan virus corona Varian Delta di India, kita justru membuka pintu kedatangan bagi warga negara India untuk tinggal sementara di Indonesia. Ratusan warga negara India pun datang dengan pesawat carteran melalui Bandara Soekarno Hatta, Tangeran.
Sebahagian yang datang ke Indonesia adalah ibu-ibu dan anak-anak yang tergolong kaya di negaranya dan memiliki kartu izin tinggal terbatas (Kitas) di Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan WN India yang datang itu, positif Covid-19, dan ditemukan virus corona baru jenis Varian Delta yang awalnya ditemukan di India. Varian Delta atau B.1.617.2 termasuk jenis virus yang sangat berbahaya: cepat menular dan mematikan.
Teridentifikasi varian Delta di Indonesia, berawal dari kedatangan warga India yang memiliki riwayat di negaranya dan akibat terjadinya transmisi lokal. Virus ini terdeteksi dan menjadi wabah baru di Jakarta, Jawa dan Bali. Puluhan ribu orang terpapar dan jumlah kematian terus meningkat.
Bencana Kebodohan
Indonesia telah kebobolan virus corona jenis varian Delta dari India, sehingga harus kembali ke titik nol untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini dengan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Ditelusuri dari catatan Kementerian kesehatan 6 Juli 2021, virus corona yang dominan menyebar di Indonesia saat ini ialah jenis varian Delta. Dominannya varian Delta di Indonesia karena virus yang datang dari India itu, sangat kuat dan cepat menular dibandingkan dengan varian Alpha, Beta, Eta, Iota, ataupun Kappa.
Seharusnya penularan varian Delta–termasuk varian lainnya–bisa dicegah bila sejak awal pemerintah memperketat pintu keluar masuk Indonesia. Namun, seperti pepatah bilang: ibarat nasi sudah jadi bubur, kita hanya bisa menyesali kebodohan.
Menurut ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, pemerintah harus mampu memperkuat screening di setiap pintu masuk. “Yang harus dilakukan adalah penguatan screening di pintu masuk yang selama ini Indonesia lengah dan lemah karena regulasinya dari awal sudah kontroversial,” kata Dicky, dikutip dari Kompas.com, Kamis (8/7/2021).
Sekarang, yang terjadi di Indonesia adalah ledakan kasus Covid-19 berskala besar yang didominasi oleh varian Delta asal India. Hampir setiap menit terdengar sirene mobil jenazah lewat di jalan raya mengangkut jenazah pasien Covid-19. Kita semua kelabakan akibat kebodohan: atas nama menggenjot pariwisata dan perekonomian, kita masukkan klaster covid berbahaya ke dalam negeri.
Sebelum euforia pariwisata dan Tenaga Kerja Asing, lonjakan kasus Covid-19 tidak seperti sebelumnya, yang terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan. Ledakan kasus kali ini hitungannya lebih cepat. Bahkan, penambahan kasusnya pun tidak main-main. Pada Kamis (8/7/2021) kemarin, kasus baru Covid-19 bertambah 38.391 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan jumlah kasus harian ini jauh lebih besar dibanding kasus sebelum masuknya varian Delta ke Indonesia yang dibawah oleh warga negara India. Penambahan total angka kasus di Indonesia saat ini sudah mencapai 2.417.788 orang, terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
Pemerintah jangan gagal lagi
Pemerintah saat ini tidak boleh lagi gagap dan gagal dalam mengurusi masalah pencegahan Covid-19 di masa pandemi ini, apalagi dengan masuknya varian Delta –yang diperkirakan telah menular secara massif di wilayah Jakarta, Jawa dan Bali.
Imam Shamsi Ali, Diaspora Indonesia di Amerika Serikat juga sudah mengingatkan. Salah satu faktor krisis utama dan masalah terbesar dalam penanganan Covid 19 di Indonesia adalah kuatnya tendensi “egoisme ketamakan” hampir semua pihak. “Semuanya mengutamakan mencari keuntungan dari penanganan Covid-19,” kata Shamsi Ali, dikutip dari artikelnya di menitindonesia.com (9/7/2021).
Dalam kondisi yang genting seperti saat ini, pemerintah tidak boleh salah dalam membaca data lonjakan kasus yang sangat drastis dan harus fokus pada solusi-solusi yang tepat.
Sesuai pengalaman di beberapa negara, terutama di Eropa dan Amerika, respons yang cepat terhadap lonjakan kasus ialah mempercepat gerakan vaksinasi secara massif. Semakin banyak orang divaksin, semakin mengurangi jumlah orang berpotensi terinfeksi.
Begitulah,. Akhirnya kita harus belajar dari kebodohan yang mengakibatkan kegagalan. Bangsa yang hebat, adalah bangsa yang segera bangkit bersama setelah menyadari kebodohan dan kesalahannya. Wallahu’alam.